Ada empat pintu yang sering kali menjadi jalan masuk maksiat bagi manusia. Saya akan menjelaskannya satu persatu dalam setiap bab pembahasan.
Pandangan merupakan pemandu sekaligus utusan syahwat. Menjaga pandangan adalah pangkal terjaganya kemaluan. Barang siapa yang membebaskan pandangannya, ia pasti terjerumus dalam jurang kerusakan. Nabi Saw. bersabda: "Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan satu pandangan dengan pandangan berikutnya! Yang pertama adalah untukmu, namun yang kedua bukan."
Dalam Musnad, diriwayatkan dari beliau Saw., "Pandangan adalah salah satu di antara panah beracun milik iblis. Barang siapa yang menundukkan pandangannya dari kecantikan wanita ataupun lelaki yang mempesona, niscaya Allah tanamkan dalam hatinya kenikmatan beribadah hingga hari kiamat nanti."
Nabi Saw. bersabda: "Tundukkanlah pandangan matakalian dan jagalah kemaluan kalian!" Beliau Saw. bersabda: "Jauhilah duduk di jalanan!" Para •ahabat lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, itu adalah tempat kami terbiasa duduk."
Beliau Saw. menjawab, "Apabila kalian tetap duduk di situ, berikanlah kepada jalan apa yang menjadi haknya!" Mereka pun bertanya lagi, "Apa yang menjadi haknya?" "Menjaga pandangan, tidak mengganggu, dan menjawab salam", jawab beliau.
Pandangan adalah pangkal musibah yang menimpa manusia. Ia melahirkan selintas bayangan, lalu menjadi pikiran, dan Kemudian menimbulkan syahwat. Syahwat melahirkan keinginan yang terus semakin kuat hingga menjadi tekad yang membara. Setelah itu, tentu akan menjadi sebuah tindakan selagi tidak ada penghalang. Oleh karena itu, ada yang mengatakan, "Sabar dalam menundukkan pandangan itu lebih mudah daripada sabar dalam menghadapi kepedihan setelahnya."
Seorang penyair melantunkan syairnya:
Segala prahara berawal dari pandangan
Api besar bermula dari lilitan kecil
Betapa banyak pandangan menembus hati pemiliknya
Laksana panah yang melesat di antara busur dan senarnya
Selama manusia bermain dengan pandangannya
Ia akan tetap terus dalam kondisi bahaya
Matanya senang akan sesuatu yang merusak hatinya
Janganlah kau izinkan kesenangan yang berbahaya!
Termasuk di antara bencana pandangan adalah penyesalan, resah, dan derita. Seorang hamba akan merasakan sesuatu yang tidak dapat ia kuasai dan tidak sanggup pula ia bersabar darinya. Merupakan siksaan terberat, ketika engkau merasakan sesuatu yang tak sanggup engkau tahan sama sekali atau mungkin sebagian darinya. Bahkan, engkau juga tak sanggup menguasainya. Seorang penyair menggubah syairnya:
Jika kau bebaskan pandanganmu menjadi pemandu hatimu
Pastilah pemandangan-pemandangan itu melelahkan dirimu
Kau rasakan sesuatu yang tak dapat kau kuasai sepenuhnya
Bahkan, sebagiannya pun tak dapat kau tahan
Bait syair ini butuh untuk dijelaskan bahwa maksudnya adalah engkau melihat sesuatu yang tak sanggup kau tahan sedikit pun dan sama sekali tidak dapat kau kuasai, sementara ketidaksanggupanmu untuk mengusai sepenuhnya telah menafikan kemampuanmu untuk mengusai setiap pandangan itu.
Begitu banyak orang yang melepaskan pandangannya, ternyata baru bisa terlepas dari jeratnya setelah ia menjadi korban. Ini sebagaimana gubahan sebuah syair:
Wahai orang yang lepas pandangannya dengan bebas
Jeratnya tak akan terlepas hingga engkau menjadi korban
Beberapa gubahan syairku:
Pandangan menguasai, keselamatan pun pergi
Terhenti, takjub akan keindahan yang terbayang
Tak henti-hentinya ia menjeratku
Hingga aku menjadi korbannya
Anehnya, pandangan manusia laksana anak panah yang tak akan sampai kepada objek dipandangnya sehingga ia mendapatkan tempat dalam hatinya. Kasidah yang aku karang:
Hai, yang melemparkan pandangannya dengan sungguh-sungguh
Engkau kan jadi korban sebab ia tak mengenai sasaranmu
Matamu yang liar telah menjual obat mujarab baginya
Padahal, Sang Rasul telah mencegah agar kau tak binasa
Lebih anehnya lagi, pandangan bisa melukai hati hingga menjadi semakin parah, lalu kepedihan luka itu tak akan tercegah karena selalu ada ajakan untuk mengulanginya. Gubahan syairku:
Kau ikuti terus keinginan pandanganmu itu
Tertuju pada sesuatu yang menyilaukan
Kau kira itu adalah obat luka lara yang kau rasa
Padahal, itu hanya menjadikannya semakin parah
Pandanganmu itu membuatmu menangis
Kemudian, hatimu pun menjadi korban
Ada yang mengatakan: "Sesungguhnya, pandangan itu jauh lebih mudah daripada penyesalan yang terus menerus."
Comments
Post a Comment