Artikel Tentang Kebudayaan Indonesia
Nama : Andi
Nita Indah Sari
Kelas : X.1
1. RAGAM
SENI BUDAYA NUSANTARA
1. Pengertian Budaya
Nusantara
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu
Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang
(menurut Soerjanto Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Adapun
menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu saja
karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia yang
kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain yang
memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal.
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan
daerah yang ada di Negara tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki
terdiri dari semua budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa
budaya-budaya itu tak ada Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan
Nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara.
Kebudayan Nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan
realitas. Kebudayaan Nasional akan terjaga apabila di satu pihak budaya-budaya
Nusantara asli tetap menjaga warisan budayanya, dan di lain pihak kehidupan
nasional dapat dihayati dan dirasakan oleh seluruh warga masyarakat Indonesia
(Suseno; 1992).
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk
teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya
merupakan warisan sosial. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan relajar.
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi
pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara
individual maupun kelompok. Kebudayaan dapat disebut sebagai seperangkat
peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang
jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang
layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
Bapak pendidikan kita (Ki Hajar Dewantara) juga
mengatakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam
hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.
2. Ragam Budaya Nasional
indonesia adalah Negara yang mempunyai banyak pulau,
dan itulah yang melatar belakangi banyaknya ragam budaya nasional.
Keanekaragaman budaya disebabkan oleh beberapa factor, antara lain karena
manusia tidak memiliki struktur anatomi secara khusus pada tubuhnya sehingga
harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, kebudayaan yang diciptakan pun
disesuaikan dengan kebutuhan hidupnya. Selain itu, keanekaragaman juga
disebabkan oleh perbedaan kadar atau bobot dalam kontak budaya satu bangsa
dengan budaya yang lain. Sehingga pakaian, rumah, dan makanan bangsa indonesia
di daeerah tropic jauh berbeda dengan yang dibutuhkan oleh bangsa Eskimo di
daerah kutub.
Penerusan kebudayaan dapat dilakukan secara horizontal
dan vertikal. Peneruzan secara horizontal dilakukan terhadap satu generasi dan
biasanya secara lisan, sedangkan penerusan vertikal dilakukan antar generasi
dengan jalan melalui tulisan (literer). Dengan daya ingat yang tinggi, manusia
mapu menyimpan pengalaman sendiri maupun yang diperoleh dari orang lain.
Kebudayaan dijabarkan dalam komponen-komponen biologi,
psikologi, dan sosiologi. biologi, psikologi, dan sosiologimerupakn tiga
komponen yang membentuk pribadi manusia. Secara biologis, manusia mempunyai
sifat-sifat yang diturunkan orang tuanya (hereditas) yang diperoleh sewaktu
dalam kandungan sebagai kodrat pertama (primary nature). Bersamaan dengan itu,
manusia juga memiliki sifat-sifat psikologi yang sebagian diperolehnya dari
orang tuanya sebagaian dasar atau pembawaannya. Setelah bayi di lahirkan dan
berkembang menjadi anak dalam alam kedua (secondary nature), terbentuklah
pribadinya oleh lingkungan, khususnya melalui pendidikan. Manusia sebagai
unsure masyarakat dalam lingkungan ikut seta dalam pembentukan kebudayaan.
Kebudayaan mempunyai struktur cultural
universal yang telah dikemukakan, unsur-unsurnya dapat dibagi dalam
bagian-bagian kecil yang disebut traits complex,lalu terbagi lagi
dalam traits, items. Misalnya, system ekonomi dapat
dibagi antara lain menjadi bertani.
Untuk bertani diperlukan bajak dan cangkul. Kedua alat
tersebut dapat dipisahkan lagi menjadi unsur yang terkecil. Begitu pula dengan
kebudayan nasionalterdiri atas kebudayaan suku-bangsa merupakan subkultur yang
dapat dibagi lagi menurut daerah, agama, aadat istiadat, dan sebagainya.
Kebudayaan mempunyai nilai yang relatif (cultural value), bergantung pada siapa
yang memberikan nilai, dan alat pengukur apa yang digunakan.
3. Contoh Budaya
Nusantara
a. Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi
dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap"
yang memungkinkan masuknya
laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini,
yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada
corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan
membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang
turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari
batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
b. Upacara Tabuik
Sumatera Barat.
Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang
berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai
barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini
digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender
Islam.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai
peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi
rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu
Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap
pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam
agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.
Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga
Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka
penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang
menjalankan ritual khusus, yakni puasa.
Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang
menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan
terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda,
berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini
disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat
sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna
merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.
c. Makepung, Balap
Kerbau Masyarakat Bali.
Kalau Madura punya Kerapan Sapi, maka Bali memiliki
Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik
yang segar sekaligus menghibur. yang dalam bahasa Indonesia berarti
berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama
melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani
yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu,
mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah
gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.
Makin lama, kegiatan yang semula iseng itu pun
berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi
salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh
wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun
telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara
profesionalSekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani
saja.
Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang
menjadi peserta maupun supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar,
Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300
pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan
hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk
menyemarakkan suasana lomba.
d. Atraksi Debus Banten
Atraksi yang sangat berbahaya yang biasa kita kenal
dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al
Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar
disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat.
Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat
atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak
menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan
benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun
yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya
kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa
penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni
beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten
melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat
tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan
canggih.
Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya
senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri
debus
e. Karapan sapi
Masyarakat Madura Jawa Timur
Karapan sapi yang merupakan perlombaan pacuan sapi
yang berasal dari Madura Jawa Timur, Dalam even karapan sapi para penonton
tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan ketangkasan para jokinya, tetapi
sebelum memulai para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi
disekelilingi pacuan disertai alat musik seronen perpaduan alat music khas
Madura sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah.
Panjang rute lintasan karapan sapi tersebut antara 180
sampai dengan 200 meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18 detik. Tentu
sangat cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki terkadang
bamboo yang digunakan untuk menginjak sang joki melayang diudara karena
cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut.
Untuk memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal
ekor sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki
melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja
luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka
disekitar pantat sapi.
Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya
berjarak 1 sd 2 detik saja. Karapan Sapi dimadura merupakan pagelaran yang
sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga
terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di
Indonesia, dan tidak hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang
menyaksikan karapan sapi ini.
f. Upacara Kasada Bromo
Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger
yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk
mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat
oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera
mantera.
Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji
sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14
bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang
berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka
membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka
kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan
pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat
penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.
Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan
cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai,
ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah.
Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan
oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk
tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo
dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka
mendapatkan sesaji yang dilempar.
Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak,
mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas
hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman
yang berada dikawah gunung bromo.
Artikel
budaya adalah
artikel yang membahas berbagai hal tentang kebudayaan yang ada di masyarakat.
Artikel budaya tentu dapat memberikan kita pencerahan tantang hal hal yang
berhubungan dengan budaya. Seperti kita ketahui bersama bahwa kebudayaan sangat
penting bagi jati diri bangsa. Berikut kami sajikan artikel budaya tantang tari
tarian tang ada di indonesia.
Budaya Tarian di Indonesia
Tarian
Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai
budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui
kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya
sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi
kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari
yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan
pemerintah.
Untuk
keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke
dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam.
Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari
keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh
dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam
dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.
3.BAHASA DAN BUDAYA
ASPEK SINKRONISASI
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki
banyak bahasa daerah yang tersebar di pelosok tanah air. Bahkan menjadi salah
satu bangsa yang memiliki jumlah bahasa ibu terbesar di seluruh dunia. Jumlah
bahasa pribumi itu mencapai 360 bahasa. Tentu prestasi itu tidak serta merta
menjadi penyebab banyaknya warga negara asing yang mengacungkan jempol bagi
bangsa kita. Belum lagi familiarnya dengan kesantunan berbahasa ala Sunda.
Bahkan semua orang di negeri ini pernah
mendengar pemimpin bangsa berpidato dengan bahasanya yang khas. Sebut saja
Soekarno atau presiden baru kita, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Beliau pernah
menerima penghargaan sebagai pejabat yang menggunakan bahasa paling santun se-Indonesia
pada tahun 2003. SBY patut menjadi teladan bagi para pejabat di negeri ini yang
senang berkoar-koar di hadapan publik. Belum lagi gelar yang disandang sebagai
wakil rakyat yang memang mengharuskan mereka berbahasa yang baik dan yang lebih
penting bukan sekadar retorika tanpa makna.
Bahasa yang santun... di manapun kita berada
menjadi salah satu modal yang sangat penting dalam menjalin komunikasi dengan
orang lain. Komunikasi dengan orang di sekitar kita, entah pribumi ataupun
warga negara asing. Kesantunan berbahasa menjadi mutlak kita perlukan. Kalau
kesantunan berbahasa yang setidaknya dimiliki oleh semua orang pada semua kelas
atau level, maka menjadi tugas bersama untuk menjadikannya sebagai ciri khas
bangsa yang benar-benar terealisasi. Sehingga, para tourist yang datang di
Indonesia tidak hanya merasa bahwa kesantunan berbahasa yang kita gunakan bukan
hanya sekadar terori yang dibuat-buat atau sekadar rekayasa berbudaya.
Budaya dan Berbahasa
Budaya kita populer dengan keragaman dari
aspek kesenian. Sedangkan bahasa kita populer dengan keragaman dari aspek
kedaerahan. Kalau keragaman berbahasa yang pada intinya harus sinkron dengan
cara kita berbudaya, maka akan menjadi sesuatu yang sulit tercapai. Mengapa?
Apa jadinya kalau masyarakat Bugis-Makassar yang kental dengan kasarnya budaya
berbahasa, harus menyesuaikan diri dengan gaya berbahasa masyarakat sunda yang
lebih halus, lebih lembut. Maka, solusinya adalah mengembalikannya sesuai
kesantunan kita berbahasa yang sesuai nilai-nilai atau norma konvensional dalam
masyarakat kita. Mengapa harus susah-susah melipat lidah kalau budaya berbahasa
kita kasar atau lebih lembut. Bukankan kesantunan dalam berbahasa dan berbudaya
itu terletak pada dan bagaimana kita mensinkronisasikan keduanya sehingga dapat
diterima dengan baik dan bijak oleh masyarakat luas.
4.MUSIK TRADISIONAL
BETAWI
A. GAMBANG KROMONG
Dalam dunia musik Betawi
terdapat perbauran yang harmonis antara unsur priburni dengan unsur Cina, dalam
bentuk orkes gambang kromong yang tampak pada alat-alat musiknya. Sebagian alat
seperti gambang kromong, kemor, kecrek, gendang, kempul dan gong adalah unsur
pribumi, sedangkan sebagian lagi berupa alat musik gesek Cina yakni kongahyan,
tehyan, dan skong. Terbentuknya orkes gambang kromong tidak dapat
dilepaskan dari Nie Hu-kong, seorang pemimpin golongan Cina.
Pada pertengahan abad ke-
delapan belas di Jakarta, yang dikenal sebagai penggemar musilk. Atas
prakarsanyalah terjadi penggabungan alat-alat musik yang biasa terdapat dalarn
gamelan pelog slendro dengan yang dari Tiongkok. Terutama orang- orang
peranakan Cina, seperti halnya Nie Hu-kong, lebih dapat menikmati tarian dan
nyanyian para ciokek, yaitu para penyanyi ciokeks merangkap penari pribumi yang
biasa diberi nama bunga-bunga harurn di Tiongkok, seperti Bwee Hoa, Han Siauw,
Hoa, Han Siauw dan lain-lain. Pada masa-masa lalu orkes garnbang kromong hanya
dimiliki oleh babah- babah peranakan yang tinggal di sekitar Tangerang dan
Bekasi, selain di Jakarta sendiri.
Dewasa ini orkes gambang kromong
biasa digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, pertunjukan
kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, disamping
sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Orkes gambang kromong
biasa pula mengiringi teater lenong. Teater rakyat Betawi ini dalam beberapa
segi tata pentasnya mengikuti pola opera Barat, dilengkapi dekor dan properti
lainnya, sebagai pengaruh komedi stambul, komedi ala Barat berbahasa Melayu,
yang berkernbang pada awal abad ke- duapuluh.
B. TANJIDOR
Salah satu bentuk musik rakyat
Betawi, tampak jelas pada orkes tanjidor, yang biasa menggunakan klarinet,
trombon, piston, trompet dan sebagainya. Alat-alat musik tiup yang sudah
berumur lebih dari satu abad masih banyak digunakan oleh grup-grup
tanjidor. Dewasa ini tanjidor sering ditampilkan untuk menyambut
tamu-tamu dan untuk memeriahkan arak-arakan.
C. KERONCONG
Musik Betawi lainnya yang banyak
memperoleh pengaruh Barat adalah keroncong tugu yang konon berasal dari Eropa
Selatan. Alat-alat musik keroncong tugu masih tetap seperti tiga abad yang
lalu, terdiri dari keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kernpul,
dan selo. Dalam hal kosturn ada satu hal yang unik, yaitu tiap mengadakan
pertunjukan dirnana saja dan kapan saja, para pernainnya selalu mengenakan syal
yang dililitkan pada leher masing-masing. Sedangkan para pemusik wanita
mengenakan kain kebaya.
D. GAMELAN
Pada gamelan ajeng, di samping ada
pengaruh Sunda juga tampak adanya unsur Bali seperti pada salah satu lagu yang
biasa diiringinya yang disebut lagu Carabelan atau Cara Bali. Pada awalnya
garnelan ini bersifat mandiri sebagai musik upacara saja. Dalarn perkembangan
kemudian biasa digunakan untuk mengiringi tarian yang disebut Belenggo Ajeng
atau Tari Topeng Gong. Orkes ini juga berfungsi sebagai pengiring wayang kulit
atau wayang wong yaitu salah satu unsur kesenian Jawa yang diadaptasi oleh
masyarakat Betawi terutama di pinggiran Jakarta.
Musik Betawi lainnya yang banyak
menyerap pengaruh Sunda adalah gamelan topeng. Disebut dernikian karena gamelan
tersebut digunakan untuk mengiringi pagelaran teater rakyat yang kini dikenal
dengan sebutan topeng Betawi.
5.Kebudayaan Kita
Semakin Tergusur
Sebuah persoalan dalam bidang budaya yang masih
mendesak pemahaman kita ialah mengapa kebudayaan Indonesia sejak tahun 1980-an
berada dalam keadaan kurang mengembirakan, ia semakin tergeser, tergusur, dan
tersingkir dari pusat dan puncak perhatian dan kesibukan kita sehari-hari. Ini
memang bukan persoalan baru, dan memang sudah ramai di perbincangkan pada awal
1980-an, tapi setiap ada yang mempertanyakan apa yang saat ini harus di
perhatikan dalam sebuah kebudayaan Indonesia, saya cenderung menunjuk pada tidak
lagi mementingkan kebudayaan sebagai problematika terpenting.
Musim temu budaya daerah sebagai penyangga budaya
nasional bermunculan diberbagai kota seakan-akan budaya kita pada masa ini
menghadapi kemunduran biarpun seorang pakar budaya masih penting. Seorang pakar
budaya pada masa pra-Orde baru mungkin seperti seorang Iwan Fals, Abdurrahman
Wahid, atau Laksamana Soedomo. Pada tahun 1970-an orang sudah mengeluh tentang
kebudayaan, tapi pada waktu itu masih ada hiruk-pikuk perdebatan dan persaingan
yang tak banyak tersisa. Sejauh itu masih ada yang perlu di pertanyakan
terhadap kesadaran akan wawasan Nusantara yang kadang masih diselimuti oleh
chauvinis kedaerahan dan kebudayaan yang pada akhir-akhir ini akan kembali
berona sejarah seperti ketika berkecamuknya masa renaisance dan aufklarung di
benua barat tiga abad yang lalu. Apabila dengan kian terasanya arus globalisasi
peradaban masyarakat industri maju, yang mengandalkan materialisme dan membawa
wabah konsumerisme, pengusuran mau tak mau pasti terjadi. Banyak sendi budaya
yang ditinggalkan.
Impor, Asing dan Modern
Diantara masalah itu, antara lain mengenai pemahaman kita tentang kebudayaan
secara umum, khususnya kebudayaan Indonesia atau Nasional, kebudayaan
-kebudayaan daerah dan asing peranan agama, ilmu pengetahuan budaya, bahkan,
sampai pada masalah yang lebih kecil seperti, masalah minat baca dan
sebagainya. Drs HM. Idham Samawi mengatakan, bahwa apa yang kita rasakan saat
ini adalah sebuah kondisi di mana bangsa dan negara saat ini berada dalam suatu
arus yang sangat besar yang membatasi (marjinalisasi). Kita dapat melihat
secara langsung bagaimana petani terpuruk, buah lokal digusur oleh buah impor,
kebudayaan kita tersingkir oleh kebudayaan asing, dalam kasus kebudayaan, kita
melihat dengan jelas bagaimana anak-anak disihir oleh film-film asing ditengah
ketidakmampuan kita melihat film bagi anak-anak kita. Dalam peta kehidupan
masyarakat modern yang menjunjung tinggi budaya pragmatis, nilai- nilai
kebudayaan yang menjunjung tinggi keselarsan (harmoni), cenderung tersingkir.
Sebab, nilai- nilai kebudayaan itu di pandang kurang relevan dengan kehidupan
masyarakat modern.
Masalah merampingnya kebudayaan Indonesia akhir-akhir ini menjadi perbincangan
di kalangan seniman dan budayawan. Hal itu berarti bahwa sebenarnya kalangan
seniman dan budayawan bukan bereaksi menghadapi realitas dan masalah yang
timbul, melainkan mereka sekedar bereaksi menanggapi masalah dan realitas itu.
Pejabat pemerintah yang punya kompetisi dengan
kesenian tradisional supaya citra negara terangkat dimata dunia dan pencaturan
International, masih berdiri dengan perjanjian (konvensi) lama, negara dan
pejabat negera hanya memfungsikan kesenian Indonesia untuk kepentingan praktis,
karena titik tolak pandangan dan sikapnya masih pada batas bahwa kesenian
tradisional dan modern adalah instrumen kegiatan ritual. Hal itu tidak
membutuhkan perhatian dalam porsi yang besar, yang sama dengan sektor-sektor
kehidupan lain tidakkah jatah untuk kebudayaan hanya 2,7 persen dari ranangan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) pada berita terakhir.
Kebudayaan masih dianggap instrumen yang berfungsi praktis, umpamanya untuk
tujuan pelancongan (turisme) bagi peningkatan sumber devisa negara, para
seniman yang mengembangkan etos kebudayaan masih bergulat dengan banyak pihak
kearah perbaikan kesenian Indonesia di masa depan. Raudal Tanjung Banua
mengatakan, bahwa tataran kebudayaan dengan kemungkinan nasionalisme kebudayaan
tidak terlalu digali, bahkan cendrung dinibsikan. Akan tetapi dari proyek nasionalisme
yang mengotamakan arus negara itu, bangsa-bangsa diringkus menjadi sekedar suku
bangsa. Disusun sebuah ruang kebudayaan yang lebih lapang telah dihilangkan,
demi kemauan politis. Perlu di pahami kita memperbincangkan tergusurnya
kedudukan kebudayaan sebagai suatu pranata sosial. itu tidak membicarakan
budaya secara detail.bukan juga nilai budaya masyarakat. Ini perlu ditekankan
karena perbincangan tentang tergusurnya peran sosial budaya sering di pahami
secara keliru sebagai kritik atau tuduhan terhadap sosial budaya. Seakan- akan
gejala ini saya kira merupakan kesalahan pihak budayawan.
Kesalahpahaman seperti itu, merupakan akibat dominasi
tradisi romantisme yang terlalu menekankan aspek individual budayawan dan
nilainya. Mengabaikan kebudayaan sebagai pranata sosial. menyebut nasib pranata
kebudayaan dianggap sebagai serangan pribadi terhadap para budayawan.
Akibatnya, budayawan yang berwawasan sempit menyangkal terjadinya gejala
pengerdilan dan penggusuran kebudayaan dalam pembangunan. Karena merasa di
serang, mereka membela diri dan membela status quo dengan mengatakan kebudayaan
sekarang baik- baik saja, kalau ada penilaian yang negatif atas perkembangan
budaya, maka itu di anggap sebagai kegagalan atau ketololan para kritikus
budaya yang kurang paham kepada kebudayaan.
Model hubungan inilah, kita menampilkan cara-cara pemahaman yang baru sebagai
paradigama postrukturalisme, dengan melibatkan sebagai disiplin yang lain, yang
kemudian melahirkan pemahaman kebudayaan-kebudayaan yang bernuansa Islami dan
berpegang teguh pada agama itu sendiri. Kondisi masyarakat Indonesia yang
dinamis sebagai akibat hubungan antara agama dan kebudayaan. Penelitian dan
studi kultural perlu ditekankan untuk dapat memberikan sumbangan yang positif
dalam rangka mengungkapkan latar belakang sosial khususnya yang ada di
Indonesia, sehingga agama dan kebudayaan benar-benar memiliki arti bagi
masyarakat luas.
Comments
Post a Comment